Explore Semarang, Nggak Cukup Sehari

Entah kenapa tiba – tiba dalam benak saya terbesit nama kota Semarang yang sebelumnya nggak begitu saya idam – idamkan untuk di kunjungi, meskipun ada beberapa teman yang berasal dari Semarang yang bekerja di Jombang dan berkali – kali merayu untuk plesir ke Semarang, tapi saya belum tergoda sedikitpun. Yang pertama saya fikirkan jika ke Semarang ialah banjir, panas, dan wisatanya cuma itu – itu saja, tapi jauh lebih baik dibandingkan wisata di Jombang *dikaplok Guk Yuk* tapi dugaan saya salah hehehe, ternyata rayuan teman saya untuk berkunjung ke Semarang mancep dalam hati dan ternyata nggak cukup sehari untuk mengExplore kota Semarang.

Berangkat dari terminal Kepuhsari dengan naik bus Eka Cepat pukul 18:00 dan sampai terminal Tirtonadi pukul 23:00 kami oper bus dari Solo ke Semarang, disini nanti saya dan seorang teman saya di jemput seorang kawan yang juga asli Jombang namun kuliah di UNDIP, lumayanlah ngirit cost klayapan meskipun sekedar numpang tidur dan mandi hehe,Udah dapat tumpangan tidur, mandi, eh…dipinjemin motor juga buat keliling klayapan di Semarang, hwaaaa *Rejeki orang ganteng* (alhamdulillah). Dimulai lah petualangan kami keliling Semarang dengan di pandu Dinas Pariwisata Semarang Google Maps hehehe..

Tujuan awal kami ialah bangunan yang paling aikonik banget di Semarang, kata orang – orang kalo ke Semarang tapi nggak ke Lawang Sewu rasanya belum afdol, tapi bagi saya sih kalo nggak ngincipi makanan khas suatu kota baru boleh dibilang kurang afdol hehehe. Setalah dari lawang sewu kami memutuskan untuk mencicipi kuliner Semarang yang unik yakni Tahu Gimbal yang menurut artikel di beberapa blog adalah makanan khas Semarang, nggak perlu saya jelasin panjang kali lebar kali tinggi tentang Lawang Sewu ini karena kita semua sudah tau kalo bangunan ini adalah bekas kantor per-kereta api-an pada zaman kolonial Belanda dahulu dan banyak setannya hehe

Tahu Gimbal Khas Semarang

Saat pertama kali mencicipi Tahu Gimbal, rasanya uenak banget sampe jilatan bumbu terakhir di piring enaknya awet, secara kasat mata dan rasa bumbunya hampir mirip seperti bumbu gado – gado, tapi komposisinya beda. Saya kira tahu gimbal ini semacam tahu yang di baluti tepung dan membentuk seperti rambut gimbalnya mbah surip, atau mungkin penemu masakan ini ialah orangnya berambut gimbal hahaha ternyata salah, dan sampai sekarang pun saya nggak tau kenapa makanan ini dinamakan Tahu Gimbal. *barang kali ada yang tau, komen ya*

Setelah mengisi perut, kami melanjutkan perjalanan menuju Kota Lama boleh dibilang ini adalah eropanya Jawa Tengah hehehe #Lebay. Disini bertebaran bangunan khas benua biru khususnya Belanda yang masih utuh bahkan yang hampir hancur, sempat saya membayangkan kalo saya sekarang berada di eropa abad pertengahan seperti di filmnya Sherlock Holmes wkwkwk seandainya di Jombang ada komplek perumahan/perkantoran bergaya eropa seperti di Kota Lama ini pasti bakal dijadiin tempat prewedding favorit hehe. Tidak begitu banyak foto yang saya dapatkan di Kota Lama ini, karena terlalu sibuk saya membayangkan suasana para Kompeni bersliweran disini waktu zaman penjajahan dulu.

Di Kota Lama ada apa sih.? ya..banyak, mulai dari perkantoran, pertokoan, gereja, cafe, dan lain lain yang bergaya vintage eropa gitu.

Gereja Blenduk 

Sebenernya saya masih ingin berlama – lama serta menghabiskan senja sore disini, tapi apa daya masih ada beberapa tempat yang belum saya kunjungi. Setelah berpanas – panas ria di Kota Lama, kami melanjutkan perjalanan menuju klenteng Sam Poo Kong yang jaraknya bisa ditempuh dengan 20menit perjalanan menggunakan motor, dengan membayar kurang lebih Rp. 20.000,- untuk bisa masuk ke area yang lebih luas yakni sampai ke area sembahyang.

Sebenarnya masih ingin berlama – lama di Semarang, karena masih ada beberapa tempat yang belum saya kunjungi serta kulinernya yang belum sempat di cicipi, tapi hawa panasnya semarang bikin my body lemes kayak seblak, jadi saya memutuskan untuk istirahat saja di kosan temen, sambil nunggu jam keberangkatan kereta membawa saya ke Jombang.

 

Komentarnya Dong